Sjafrie: RI Belum Bayar Uang Muka Sukhoi
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin memastikan, hingga saat ini pemerintah belum membayar uang muka pembelian enam unit pesawat tempur Sukhoi.
Menurutnya, kontrak pengadaan pesawat Sukhoi saat ini belum efektif sehingga belum ada pengeluaran dana dari kas negara. "Posisi sekarang menunggu persetujuan pencarian tanda bintang dari DPR," kata Sjafrie dalam Rapat Kerja (Raker) di Komisi I DPR, Senayan, Senin (26/3/2012).
Dalam perjanjian kredit antar negara antara Indonesia dengan Rusia tidak mencantumkan mengenai pengadaan pesawat Sukhoi. Sebab yang dimasukkan dalam perjanjian itu hanya pengadaan kapal selam untuk TNI Angkat Laut.
"Kebetulan alokasi ini setinggi-tingginya 1 Milyar Dollar. Tapi karena kita tidak membeli kapal selam dari Rusia dengan pertimbangan-pertimbangan spesifikasi operasional, strategi pertahanan kita maka ada sisa 700 juta Dollar," ungkapnya.
Lebih lanjut, Sjafrie menambahkan, dari sisa itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan pernah mengusulkan untuk melakukan pembelian pesawat Sukhoi dengan penggunaan sisa dana tersebut. Namun pembelian itu ditolak dan harus dengan pengajuan kredit yang baru.
"Sisa pernah diusulkan oleh Kemenhan agar bisa digunakan untuk beli Sukhoi. Tapi tidak disetujui federal service on militery theknikal operation di Rusia. Maka pengadaan Sukhoi tetap menggunakan credit komersial biasa. Akan tetepi suku cadang, persenjataan dimasukkan dalam list state credit," ungkapnya.
Menurutnya, kontrak pengadaan pesawat Sukhoi saat ini belum efektif sehingga belum ada pengeluaran dana dari kas negara. "Posisi sekarang menunggu persetujuan pencarian tanda bintang dari DPR," kata Sjafrie dalam Rapat Kerja (Raker) di Komisi I DPR, Senayan, Senin (26/3/2012).
Dalam perjanjian kredit antar negara antara Indonesia dengan Rusia tidak mencantumkan mengenai pengadaan pesawat Sukhoi. Sebab yang dimasukkan dalam perjanjian itu hanya pengadaan kapal selam untuk TNI Angkat Laut.
"Kebetulan alokasi ini setinggi-tingginya 1 Milyar Dollar. Tapi karena kita tidak membeli kapal selam dari Rusia dengan pertimbangan-pertimbangan spesifikasi operasional, strategi pertahanan kita maka ada sisa 700 juta Dollar," ungkapnya.
Lebih lanjut, Sjafrie menambahkan, dari sisa itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan pernah mengusulkan untuk melakukan pembelian pesawat Sukhoi dengan penggunaan sisa dana tersebut. Namun pembelian itu ditolak dan harus dengan pengajuan kredit yang baru.
"Sisa pernah diusulkan oleh Kemenhan agar bisa digunakan untuk beli Sukhoi. Tapi tidak disetujui federal service on militery theknikal operation di Rusia. Maka pengadaan Sukhoi tetap menggunakan credit komersial biasa. Akan tetepi suku cadang, persenjataan dimasukkan dalam list state credit," ungkapnya.
Sumber inilah.com