Golkar Resmi Bayar Iklan di tvOne & ANTV
Partai Golongan Karya (Golkar) juga memasang iklan di media massa seperti televisi. Namun, Golkar tetap membayar ke stasiun televisi tersebut, meskipun pemiliknya keluarga Bakrie.
"Golkar menggunakan media juga, baik iklan maupun pemberitaan kegiatan. Golkar profesional, artinya membayar. Bahkan terhadap ANTV atau tvOne sekalipun," kata Ketua DPP Golkar Hajriyanto Y Thohari kepada INILAH.COM, Rabu (14/3/2012).
Partai Nasional Demokrat (NasDem) juga beriklan di media massa. Hanya saja, Hajriyanto mengaku Golkar tidak seperti NasDem yang hampir tiap hari. "Golkar (beriklan, red) tidak sebanyak Nasdem," katanya.
Menurut Wakil Ketua MPR ini, wajar jika publik menaruh curiga iklan Partai NasDem tayang terus. Dia sepakat jika Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menyelidiki iklan ini. "Perlu (diselidiki) agar tidak terjadi abuse of power," katanya.
Apalagi, frekuensi yang digunakan televisi adalah milik publik. Tidak layak jika partai politik memanfaatkan untuk kepentingan sesaat. "Televisi pakai frekuensi yang notabene milik publik. Tidak boleh digunakan menjadi alat politik," tegasnya.
Sebagaimana diberitakan, berdasarkan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis pekan lalu, Partai Nasional Demokrat (NasDem) berada di urutan keempat. Meningkatnya hasil survei NasDem diduga dampak dari intensitas pemasangan iklan di METRO TV dan televisi MNC Group.
Partai Golkar mendapat 17,7 persen dukungan, PDIP dengan 13,6 persen, Partai Demokrat dengan 13,4 persen dukungan, dan Partai NasDem dengan 5,9 persen dukungan.
NasDem mampu mengungguli partai-partai yang sudah eksis sebelumnya seperti PKB, PKS, PAN, PPP, Gerindra maupun Hanura. Popularitasnya meningkat pesat karena gencar beriklan di salah satu televisi swasta.
"Golkar menggunakan media juga, baik iklan maupun pemberitaan kegiatan. Golkar profesional, artinya membayar. Bahkan terhadap ANTV atau tvOne sekalipun," kata Ketua DPP Golkar Hajriyanto Y Thohari kepada INILAH.COM, Rabu (14/3/2012).
Partai Nasional Demokrat (NasDem) juga beriklan di media massa. Hanya saja, Hajriyanto mengaku Golkar tidak seperti NasDem yang hampir tiap hari. "Golkar (beriklan, red) tidak sebanyak Nasdem," katanya.
Menurut Wakil Ketua MPR ini, wajar jika publik menaruh curiga iklan Partai NasDem tayang terus. Dia sepakat jika Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menyelidiki iklan ini. "Perlu (diselidiki) agar tidak terjadi abuse of power," katanya.
Apalagi, frekuensi yang digunakan televisi adalah milik publik. Tidak layak jika partai politik memanfaatkan untuk kepentingan sesaat. "Televisi pakai frekuensi yang notabene milik publik. Tidak boleh digunakan menjadi alat politik," tegasnya.
Sebagaimana diberitakan, berdasarkan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis pekan lalu, Partai Nasional Demokrat (NasDem) berada di urutan keempat. Meningkatnya hasil survei NasDem diduga dampak dari intensitas pemasangan iklan di METRO TV dan televisi MNC Group.
Partai Golkar mendapat 17,7 persen dukungan, PDIP dengan 13,6 persen, Partai Demokrat dengan 13,4 persen dukungan, dan Partai NasDem dengan 5,9 persen dukungan.
NasDem mampu mengungguli partai-partai yang sudah eksis sebelumnya seperti PKB, PKS, PAN, PPP, Gerindra maupun Hanura. Popularitasnya meningkat pesat karena gencar beriklan di salah satu televisi swasta.
Sumber inilah.com







