Jokowi Sempat Minder Jadi Pejabat
Calon Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, mengaku sempat tidak percaya jika ia bisa menjadi seorang pejabat. Pria yang akrab disapa Jokowi ini, mengaku sempat minder karena merasa tampangnya tidak cocok untuk menjadi seorang pejabat.
Saat menjadi pembicara di acara Bank Indonesia - AFI Seminar and Workshop on Financial Inclusion di Solo, Rabu (28/3/2012), Jokowi bercerita bahwa ia sempat minder saat pertama kali menjabat sebagai Walikota Solo.
Bukan karena dia tidak yakin dengan visi dan misi serta kemampuannya, yang membuat Cagub dari PDIP ini minder. Namun karena dia merasa penampilan serta tampangnya tidak mendukung untuk menjadi seorang Walikota.
Bahkan dia bercerita pada awal menjadi Walikota Surakarta pun tampangnya kalah keren dari ajudannya. Begini ceritanya, tujuh tahun lalu saat baru dilantik jadi walikota, Jokowi mendapat ajudan yang berbadan tinggi dan ganteng. Dampaknya, setiap tamu yang ingin bertemu walikota mengira ajudannya adalah yang bernama Jokowi, sementar dia justru dianggap sebagai ajudan.
"Jadi semua berebut salaman dengan ajudan saya. Satu, dua kali bisa diterima, tapi lama-lama saya tidak terima juga. Akhirnya langsung saya ganti ajudan dengan yang lebih jelek dari saya. Sampai sekarang aman-aman saja," katanya sambil tertawa.
Perasaan itu sempat muncul kembali saat PDIP memutuskan mengusungnya dalam Pemilukada DKI Jakarta, sebagai calon Gubernur. "Sama sekali tidak cocok, itu artinya. Tampang saya saja tidak cocok jadi walikota. Apalagi dengan dicalonkan untuk gubernur Jakarta," ucap sambil tersenyum.
Jokowi juga bercerita pernah menjadi bahan tertawaan di kalangan PNS di Balaikota Solo, diawal dia menjadi Walikota. Hal tersebut terjadi saat dia memimpin upacara di Balaikota, sesuatu yang tidak pernah dilakukan selama 23 tahun. Karena dalam kurun waktu tersebut dia hanya berkutat dalam urusan usaha ekspor.
"Jumat saya dilantik, Senin disuruh jadi inspektur upacara. Saat dikasih tahu caranya hanya mengatakan laksanakan kalau terima laporan komandan upacara dan hormat. Saya pikir gampang. Tetapi saat melakukan penghormatan, menjadi tertawaan PNS di Balaikota Surakarta. Ternyata setelah hormat saya bingung lama banget tangan tidak turun-turun. Saya baru menurunkan setelah lama banget," kenangnya sambil tersenyum.
Sebelumnya dibeberapa kesempatan, Jokowi juga sempat mengatakan jika terpilihnya dia sebagai Walikota, seperti sebuah kecelakaan. "Saya menganggap itu seperti kecelakaan, tapi karena sudah pilih, saya tidak mau membuat kecewa yang milih, jadi saya bekerja keras untuk menjawab kepercayaan itu," ujarnya.
Saat menjadi pembicara di acara Bank Indonesia - AFI Seminar and Workshop on Financial Inclusion di Solo, Rabu (28/3/2012), Jokowi bercerita bahwa ia sempat minder saat pertama kali menjabat sebagai Walikota Solo.
Bukan karena dia tidak yakin dengan visi dan misi serta kemampuannya, yang membuat Cagub dari PDIP ini minder. Namun karena dia merasa penampilan serta tampangnya tidak mendukung untuk menjadi seorang Walikota.
Bahkan dia bercerita pada awal menjadi Walikota Surakarta pun tampangnya kalah keren dari ajudannya. Begini ceritanya, tujuh tahun lalu saat baru dilantik jadi walikota, Jokowi mendapat ajudan yang berbadan tinggi dan ganteng. Dampaknya, setiap tamu yang ingin bertemu walikota mengira ajudannya adalah yang bernama Jokowi, sementar dia justru dianggap sebagai ajudan.
"Jadi semua berebut salaman dengan ajudan saya. Satu, dua kali bisa diterima, tapi lama-lama saya tidak terima juga. Akhirnya langsung saya ganti ajudan dengan yang lebih jelek dari saya. Sampai sekarang aman-aman saja," katanya sambil tertawa.
Perasaan itu sempat muncul kembali saat PDIP memutuskan mengusungnya dalam Pemilukada DKI Jakarta, sebagai calon Gubernur. "Sama sekali tidak cocok, itu artinya. Tampang saya saja tidak cocok jadi walikota. Apalagi dengan dicalonkan untuk gubernur Jakarta," ucap sambil tersenyum.
Jokowi juga bercerita pernah menjadi bahan tertawaan di kalangan PNS di Balaikota Solo, diawal dia menjadi Walikota. Hal tersebut terjadi saat dia memimpin upacara di Balaikota, sesuatu yang tidak pernah dilakukan selama 23 tahun. Karena dalam kurun waktu tersebut dia hanya berkutat dalam urusan usaha ekspor.
"Jumat saya dilantik, Senin disuruh jadi inspektur upacara. Saat dikasih tahu caranya hanya mengatakan laksanakan kalau terima laporan komandan upacara dan hormat. Saya pikir gampang. Tetapi saat melakukan penghormatan, menjadi tertawaan PNS di Balaikota Surakarta. Ternyata setelah hormat saya bingung lama banget tangan tidak turun-turun. Saya baru menurunkan setelah lama banget," kenangnya sambil tersenyum.
Sebelumnya dibeberapa kesempatan, Jokowi juga sempat mengatakan jika terpilihnya dia sebagai Walikota, seperti sebuah kecelakaan. "Saya menganggap itu seperti kecelakaan, tapi karena sudah pilih, saya tidak mau membuat kecewa yang milih, jadi saya bekerja keras untuk menjawab kepercayaan itu," ujarnya.
Sumber inilah.com
