13 Pos Polisi Dirusak Selama Demo BBM
Sebanyak 13 pos polisi dirusak massa yang melakukan unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di sejumlah wilayah Indonesia.
Demikian disampaikan Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Polisi Saud Usman Nasution, saat menyampaikan hasil evaluasi penanganan unjuk rasa penolakan kenaikan harga BBM yang mengakibatkan pengerusakan yang dilakukan massa di beberapa daerah di seluruh Indonesia.
"Fasilitas Polri yang dirusak yaitu polsek unit unit, pospol sebanyak 13 unit yang tersebar di beberapa wilayah khususnya di Jakarta, di Makassar, Medan, dan di tempat lain. Kemudian kendaraan roda empat ada sebanyak lima unit, dan roda dua sebanyak satu unit," kata Saud di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (5/4/2012).
Selain faslitas milik polisi, Saud juga mengungkapkan demonstrasi tersebut ada beberapa tempat umum yang dirusak para pengunjuk rasa di sebagian wilayah di seluruh Indonesia. Antara lain empat unit gedung, 5 unit kantor juga ikut dirusak, dan toko sebanyak 2 unit. Sedangkan untuk kendaraan roda enam sebanyak 7 unit yang kena pengerusakan, kendaraan roda empat sebanyak 1 unit, pagar dari DPR 2 unit, dan motor 1 unit.
Lebih lanjut Jenderal bintang dua polri ini juga menjelaskan, untuk korban luka-luka dalam aksi unjuk rasa lalu Polri juga telah mendata, yakni ada sebanyak 39 orang masyrakat yang mengalami luka. Sedangkan mahasiswa sebanyak 55 orang, satpol PP ada 9 orang, kemudian anggota polri sebanyak 56 orang. "Jadi anggota kita cukup banyak yang menderita luka akibat tindakan anarkis dari pada massa," tutur Saud.
Saud juga menjelaskan bahwa setiap tahun pihaknya selalu melakukan evaluasi penanganan massa, dan tahun ini menurutnya pihak kepolisian telah mengubah cara atau pola-pola untuk penanganan massa dengan lebih mengedepankan cara-cara persuasif dan dialogis. "
Artinya kita menghindari tindakan yang bersifat represif artinya supaya betul-betul tidak ada sesuatu hal yang berkembang dari pada pengamanan dilapangan yang mengakibatkan adanya benturan dengan massa," jelasnya.
Lebih lanjut Saud juga memaparkan bahwa dari kasus-kasus yang ditangani dalam penanganan unjuk rasa ini ada sebanyak 1 orang masayarakat yang ditangkap, kemudian untuk mahasiswanya sendiri ada sebanyak 73 orang.
"Di mana pada awalnya khususnya di Jakarta kita telah menangkap 53 orang massa yang anarkis tetapi 50 orang kita tangguhkan penahanannya kemudian 3 orang kita masih tahan karena belum tuntuas proses penyelidikannya," tambah Saud.
Sedangkan untuk di daerah Sulawesi Selatan pihak kepolisian menahan sebanyak 20 orang dalam aksi pengerusakan di sana, kemudian untuk di wilayah Sumatra Utara pihak kepolisian telah menangkap 11 orang tapi sudah ditangguhkan penahanannya. "Dan di Polda Sultra sebanyak 17 orang tapi tidak diproses hukum setelah orang tua di panggil dan diberi pengarahan sehingga tidak ditahan," jelasnya.
Demikian disampaikan Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Polisi Saud Usman Nasution, saat menyampaikan hasil evaluasi penanganan unjuk rasa penolakan kenaikan harga BBM yang mengakibatkan pengerusakan yang dilakukan massa di beberapa daerah di seluruh Indonesia.
"Fasilitas Polri yang dirusak yaitu polsek unit unit, pospol sebanyak 13 unit yang tersebar di beberapa wilayah khususnya di Jakarta, di Makassar, Medan, dan di tempat lain. Kemudian kendaraan roda empat ada sebanyak lima unit, dan roda dua sebanyak satu unit," kata Saud di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (5/4/2012).
Selain faslitas milik polisi, Saud juga mengungkapkan demonstrasi tersebut ada beberapa tempat umum yang dirusak para pengunjuk rasa di sebagian wilayah di seluruh Indonesia. Antara lain empat unit gedung, 5 unit kantor juga ikut dirusak, dan toko sebanyak 2 unit. Sedangkan untuk kendaraan roda enam sebanyak 7 unit yang kena pengerusakan, kendaraan roda empat sebanyak 1 unit, pagar dari DPR 2 unit, dan motor 1 unit.
Lebih lanjut Jenderal bintang dua polri ini juga menjelaskan, untuk korban luka-luka dalam aksi unjuk rasa lalu Polri juga telah mendata, yakni ada sebanyak 39 orang masyrakat yang mengalami luka. Sedangkan mahasiswa sebanyak 55 orang, satpol PP ada 9 orang, kemudian anggota polri sebanyak 56 orang. "Jadi anggota kita cukup banyak yang menderita luka akibat tindakan anarkis dari pada massa," tutur Saud.
Saud juga menjelaskan bahwa setiap tahun pihaknya selalu melakukan evaluasi penanganan massa, dan tahun ini menurutnya pihak kepolisian telah mengubah cara atau pola-pola untuk penanganan massa dengan lebih mengedepankan cara-cara persuasif dan dialogis. "
Artinya kita menghindari tindakan yang bersifat represif artinya supaya betul-betul tidak ada sesuatu hal yang berkembang dari pada pengamanan dilapangan yang mengakibatkan adanya benturan dengan massa," jelasnya.
Lebih lanjut Saud juga memaparkan bahwa dari kasus-kasus yang ditangani dalam penanganan unjuk rasa ini ada sebanyak 1 orang masayarakat yang ditangkap, kemudian untuk mahasiswanya sendiri ada sebanyak 73 orang.
"Di mana pada awalnya khususnya di Jakarta kita telah menangkap 53 orang massa yang anarkis tetapi 50 orang kita tangguhkan penahanannya kemudian 3 orang kita masih tahan karena belum tuntuas proses penyelidikannya," tambah Saud.
Sedangkan untuk di daerah Sulawesi Selatan pihak kepolisian menahan sebanyak 20 orang dalam aksi pengerusakan di sana, kemudian untuk di wilayah Sumatra Utara pihak kepolisian telah menangkap 11 orang tapi sudah ditangguhkan penahanannya. "Dan di Polda Sultra sebanyak 17 orang tapi tidak diproses hukum setelah orang tua di panggil dan diberi pengarahan sehingga tidak ditahan," jelasnya.
Sumber inilah.com







