Banyak Masalah, Jakarta Diambang Kolaps
Kemacetan yang semakin parah, ketidaktertiban sosial, tingginya polusi udara adalah akibat cara penyelesaian persoalan yang berbasis represif dan business oriented. Sejumlah permasalahan di Jakarta ini membuat ibukota negara dalam keadaan kronis dan diambang kolaps.
"Cara penyelesaian persoalan di Jakarta itu sesat, dan hampir semua cagub mengajukan penyelesaian seperti itu, dimana bisnis proyek menjadi jawaban dari persoalan yang ada," ujar Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago.
Andrinof menjabarkan sejumlah kebijakan represif yang coba dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta khususnya untuk mengatasi kemacetan dan banjir. Rencana pelarangan pengunaan kendaraan di wilayah tertentu dengan sistem Electronic Road Pricing (ERP) menjadi salah satunya.
Begitu juga dengan rencana membangun MRT yang dinilai hanya mampu mengurangi jumlah kepadatan, namun tidak menyelesaikan inti dari kemacetan. Sementara itu, kompleksitas persoalan di DKI Jakarta juga diakui oleh anggota DPRD DKI Jakarta Dwi Rio Sambodo.
Ia menilai selama ini program yang diusung DKI Jakarta tidak efektif dan condong kepentingan pihak pihak tertentu. " Semua perencanaan anggaran itu lebih kepada apa yang dimau SKPD, bukan apa yang dibutuhkan rakyat," ujarnya.
Salah satu yang dicontohkan Sekretaris Alumni GMNI ini adalah Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta yang " kalah" dengan kepentingan pembangunan mal. Pencabutan Moratorium mal menjadi bukti akan adanya lahan lahan kosong yang dimanfaatkan untuk hal komersial.
Selain itu, hal yang paling mendasar yakni tingginya gaji PNS tidak sebanding dengan pelayanan yang diterima masyarakat. Ia menjelaskan 30 persen dari APBD DKI Jakarta terserap untuk belanja tidak langsung dalam hal ini gaji dan tunjangan Pengawai Negeri Sipil.
Ironisnya, masih terjadi sejumlah pungutan liar mulai dari pembuatan KTP sampai permohonan perijinan usaha. "Penyebab dari kondisi ini terjadi karena tidak adanya pendekatan penghargaan dan hukuman (award and punishment) yang dilakukan pemimpin DKI Jakarta kepada pengawainya," tegasnya.
"Cara penyelesaian persoalan di Jakarta itu sesat, dan hampir semua cagub mengajukan penyelesaian seperti itu, dimana bisnis proyek menjadi jawaban dari persoalan yang ada," ujar Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago.
Andrinof menjabarkan sejumlah kebijakan represif yang coba dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta khususnya untuk mengatasi kemacetan dan banjir. Rencana pelarangan pengunaan kendaraan di wilayah tertentu dengan sistem Electronic Road Pricing (ERP) menjadi salah satunya.
Begitu juga dengan rencana membangun MRT yang dinilai hanya mampu mengurangi jumlah kepadatan, namun tidak menyelesaikan inti dari kemacetan. Sementara itu, kompleksitas persoalan di DKI Jakarta juga diakui oleh anggota DPRD DKI Jakarta Dwi Rio Sambodo.
Ia menilai selama ini program yang diusung DKI Jakarta tidak efektif dan condong kepentingan pihak pihak tertentu. " Semua perencanaan anggaran itu lebih kepada apa yang dimau SKPD, bukan apa yang dibutuhkan rakyat," ujarnya.
Salah satu yang dicontohkan Sekretaris Alumni GMNI ini adalah Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta yang " kalah" dengan kepentingan pembangunan mal. Pencabutan Moratorium mal menjadi bukti akan adanya lahan lahan kosong yang dimanfaatkan untuk hal komersial.
Selain itu, hal yang paling mendasar yakni tingginya gaji PNS tidak sebanding dengan pelayanan yang diterima masyarakat. Ia menjelaskan 30 persen dari APBD DKI Jakarta terserap untuk belanja tidak langsung dalam hal ini gaji dan tunjangan Pengawai Negeri Sipil.
Ironisnya, masih terjadi sejumlah pungutan liar mulai dari pembuatan KTP sampai permohonan perijinan usaha. "Penyebab dari kondisi ini terjadi karena tidak adanya pendekatan penghargaan dan hukuman (award and punishment) yang dilakukan pemimpin DKI Jakarta kepada pengawainya," tegasnya.
Sumber inilah.com
Posted by Sang Penulis Independent
on 21.29. Filed under
Metropolitan
.
Anda dapat mengikuti respon untuk entri ini melalui RSS 2.0.
Dan Jangan ragu untuk meninggalkan sebuah respon atau komentar disini
